1 Pengertian Seni Musik Tradisional. Seni music adalah seni yang diekspresikan dengan media suara yang dituangkan secara teratur, indah, dan dapat dinikmati oleh pendengarnya. Media suara tersebut terdiri atau dua macam sebagai berikut. a. Suara Manusia. Musik yang dituangkan dalam media suara manusia biasa disebut vocal.
Gendermerupakan alat musik dari logam yang dimainkan dengan cara dipukul. Gender memiliki 10 hingga 14 batang logam yang bernada dan diletakkan diatas resonator atau seng. Alat musik tradisional ini juga memiliki nama sebutan lain seperti Gender barung atau Gender penerus.
Geser Beratus hari, rancak talempong menggema di mati Minang. Persilihan sesuai dinamika publik, termasuk menjadi komoditas hiburan, menciptakan menjadikan talempong tak lagi canggung dikawinkan dengan alat nada bertamadun. Dengan kaidah itu, talempong mengotot melintasi zaman. Bunyi talempong telah berdesing di tenang Minangkabau sepanjang bilang ratus tahun. Berbunga alat musik di lingkungan istana atau imperium, perlahan perabot musik itu menjadi adegan tak terpisahkan n domestik nasib masyarakat Minang. Kedatangan celempong di bumi Minangkabau termaktub sejak abad ke-14. Beliau enggak menghilang ditelan zaman, saja membuktikan bahwa kamu ampuh melintasi transisi zaman. Saat ini, talempong dimainkan anak-anak asuh muda heterogen kehidupan kerumahtanggaan warna musik yang lebih beragam. Keberadaan talempong sangat erat dengan molekul folklore. Kisahan asal-usulnya itu umumnya bersumber dari tambo, adalah narasi nan disampaikan roboh-temurun secara oral dengan versi berbeda-selisih. Salah suatu versi menyebutkan, konon talempong berbunga mulai sejak Pariangan yang disebut-sebut sebagai asal mula nini moyang basyar Minangkabau. Tentatif varian lainnya menyatakan, talempong berasal berusul India Pantat, dibawa makanya pertalian keluarga Kaisar Iskandar Zulkarnain. Jennifer A Fraser dalam buku Gongs & Pop Songs Sounding Minangkabau in Indonesia mengistilahkan, lain ada bukti ilmu purbakala atau bukti sejarah yang secara akurat menyebutkan asal-usul talempong. Belaka, menurut Margareth J Kartomi 1998, diperkirakan talempong mutakadim ada sejak masa kerelaan Islam di Sumatera sreg akhir abad ke-13. Dalam artikel Musical Strata in Sumatera, Java and Bali, Margareth menyebutkan, para perajin belek berpunca Tonkin, utara Vietnam, datang ke Minangkabau sejumlah abad sebelum Masehi. Pada zaman yang disebut Zaman Tin itu diperkirakan talempong dan juga canang dibawa oleh nenek moyang orang Minangkabau. GESER Diperkirakan celempong sudah ada sejak masa keberadaan Islam di Sumatera sreg akhir abad ke-13. Dua Zaman Celempong Talempong awalnya hanya bernada pentatonik. Dalam perkembangannya, talempong dikembangkan menjadi diatonik sehingga boleh dikolaborasikan dengan alat musik modern. Instrumen klonengan yang berdampingan dibedakan menjadi lanang dan wadon, atau laki-laki dan perempuan. Peran masing-masing “jenis kelamin” adalah memainkan not polos atau not sangsih. Kombinasi permainan kudus dan sangsih menciptakan bilyet kebyar keras, cepat, dan berkaitan. Pada akhir pengaruh Adhityawarman 1347 di Minangkabau, kebudayaan musik yang meliputi kemung dan talempong menjadi fon, martabat, dan kemuliaan sinuhun. Sebagaimana disebutkan oleh Antony Reid 1995 dan Mahdi Bahar 2009, tahun 1550-an, musik kangsa nan memperalat kettle drums, yaitu alat musik idiofon terbuat berasal metal, nan diyakini adalah talempong, ialah musik bermula tali peranti kerajaan Minangkabau. Perangkat irama ini konon baku dipergunakan kerjakan lampir keberangkatan raja bersama rombongan tatkala menemui orang-orang Portugis di Pantai Tiku. Pantai Tiku ialah salah suatu rantau indah yang terletak di Kabupaten Agam. Saat ini, Kabupaten Agam, khususnya Wai Puar, dikenal sebagai salah satu sentra pembuatan talempong. Alat nada yang terbuat dari incaran yang terdiri dari campuran logam tembaga, timah kudus, dan seng ini dibuat dengan teknik a cire purdue, yaitu cara pembuatan alat berbahan logam dengan kian tinggal membuat maesenas atau bentuk dasarnya. Bahannya menggunakan lilin. Patron ataupun lembaga radiks tersebut lebih lanjut dibalut persil liat, dikeringkan dengan kaidah dijemur, kemudian dibakar. Sehabis pembakaran, cairan lilin dikeluarkan sehingga memunculkan rongga yang lantas diisi cair logam. Pasca- cairan besi memadat, baru dilakukan proses penggerindaan, pemolesan, dan penyeteman nada. Teknik pembuatan a cire purdue pada talempong membedakan dengan teknik pembuatan beleganjur Jawa yang menggunakan metode tempaan. Makzul Berlatih Mahasiswa di Institut Seni Indonesia Padang Tataran, Sumatera Barat, berlatih gawai nada Talempong, Selasa 13/2. Institusi pendidikan seni sebagai halnya ini menjadi riuk satu tempat yang diharapkan dapat melestarikan talempong. Kompas/Rony Ariyanto Nugroho Makzul Talempong tradisional Kelompok celempong tradisional “Bunian Mandeh” Sikabu-Kabu, Payahkumbuh, Sumatera Barat, Selasa 13/2, tengah memainkan alat musik celempong pacik. Kompas/Rony Ariyanto Nugroho Memainkan Talempong Mainkan transendental musiknya, lampau gunakan keyboard atau klik sreg gambar celempong bikin memainkan irama celempong tersebut! Sunandar Raiska Putra yang merupakan generasi ketiga pembuat celempong di negeri Sungai Puar, Kabupaten Agam, mengatakan, diperlukan setidaknya waktu selama 1-1,5 bulan dalam proses pembuatan talempong. ”Saya belajar takhlik talempong secara otodidak. Hanya melihat kiai dan kakek. Lama-lama bisa seorang. Main feeling saja,” ujarnya. Dulu, pembuatan talempong hanya dikuasai maka dari itu pakar talempong yang disebut tuo talempong. Merekalah yang menuntaskan gerendel pembuatan talempong, termasuk nada-irama yang ”disematkan” sreg talempong berdasarkan feeling mereka. Nada ikhlas celempong yang pentatonik terdiri atas lima maupun heksa- irama. Apabila dibandingkan dengan musik diatonik, akan terdengar lain pas atau seolah meleset di kuping. Dosen Sekolah tinggi Seni Indonesia ISI Padang Panjang, Andar Indra Sastra, privat disertasinya yang berjudul Konsep Batalun Kerumahtanggaan Penyajian Talempong Renjeang Anam Salabuhan Di Luhak Nan Tigo Minangkabau menyebutkan, dalam proses pembuatan talempong, dilakukan juga proses manyadahi, yakni proses yang bertujuan menjaga kestabilan bunyi talempong sesuai dengan kualitas bunyi yang diharapkan. Untuk menyadahi talempong, diperlukan sejumlah ramuan. Menyadahi celempong dimulai berpangkal beruduk untuk menerangkan diri, mendaras mantra, mencampur air-air dengan limau, mengebur sadah dengan air nan sudah dicampur, mengambil celempong buat disadahi, mengecek bunyi talempong, serta malimaui ataupun ”membasahi” talempong. Bengkel Celempong GESER Celempong dengan nada pentatonik lumrah dipesan pemain talempong pacik dengan teknik tradisional. Talempong ini dimainkan dengan teknik interlocking atau saling meningkahi sehingga menimbulkan transendental irama tertentu. Talempong pacik umumnya dimainkan tiga turunan, dengan saban memainkan dua talempong. Saat ini, titipan talempong tidak belaka dalam nada pentatonik, tetapi juga dalam nada-irama diatonik. Tidak hanya satu oktaf, malah bisa bertambah berasal itu, termasuk musik-nada begitu juga kres dan mol. Hal ini bisa terjadi seiring dengan lebih maraknya talempong kreasi, ketika talempong digabungkan dengan alat musik modern bagi menyajikan irama alias lagu yang lebih kompleks ketimbang sekadar pola irama tertentu. Transisi ini terjadi sangkil-kira pada kurun waktu perian 1970-an dengan salah satu pelopornya merupakan Yusaf Rahman yang dikenal sebagai salah satu komponis besar asal Minang. GESER Talempong ini dimainkan dengan teknik interlocking ataupun ubah meningkahi sehingga menimbulkan paradigma irama tertentu. GESER Pembuatan talempong Bengkel pembuatan celempong Anda Saiyo di Sungai Puar, Agam, Sumatera Barat, Rabu 14/2. Kali besar Puar menjadi wilayah nan dikenal sebagai wilayah pandai besi, termuat pembuatan celempong. Kompas/Rony Ariyanto Nugroho Lengser Turun-temurun Kemampuan pembuatan talempong di Sungai Puar, Agam, Sumatera Barat, diwariskan secara turun temurun dari pitarah. Kompas/Rony Ariyanto Nugroho Dalam buku Yusaf Rahman Komponis Minang yang disunting maka dari itu Nasif Basir, disebutkan bahwa Yusaf purwa bisa jadi mengolah tangga nada celempong pentatonik yang terbatas hanya lima not, lalu menciptakan kamil tangga nada diatonik. Dengan demikian, instrumen irama tradisional Minang itu dapat berekanan dengan organ-alat irama lain. Yusaf yang meluluk pembuatan talempong bernada diatonik tersebut terjamah oleh tuo-tuo talempong di Sungai Puar. Beliau juga yang mengatak jumlahnya privat satu bidang datar, mengundi presisi musik-nadanya, serta mengatak kualitas suaranya agar sesuai konsep diatonik. Yusaf membagi talempong kerumahtanggaan tiga meja. Meja purwa disebut gareteh ataupun melodi berisi 16 talempong dalam dua oktaf nada diatonik yang bisa dimainkan n domestik 1 kruis, naturel, dan 1 mol. Meja kedua disebut tingkah atau akord, terdiri atas delapan talempong. Meja ketiga disebut saua, juga terdiri atas okta- talempong. Pengaturan irama celempong ini sama dengan kontrol nada diatonik pada piano. Sejak itu, talempong bernada diatonik bertambah marak di Minangkabau. Belakangan, penyeteman musik talempong tak lagi menggunakan feeling, tetapi memperalat aplikasi di telepon genggam. Ritual manyadahi yang dulu umum dilakukan para tuo talempong pun telah tidak pernah lagi dilakukan. Turun takhta Incaran legal Bahan seremonial pembuatan talempong di Sungai Puar, Agam, Sumatera Barat, berbunga logam tembaga, belek, dan besi tua, Alat pernapasan 14/2. Sulitnya memperoleh bahan seremonial bau kencur yang berkualitas membuat perajin memintal mendaur ulang logam bekas. Kompas/Rony Ariyanto Nugroho Makzul Mengundi nada Dia Saiyo, perajin di Wai Puar, Agam, Sumatera Barat, menyetem talempong, Rabu 14/2. Penyeteman talempong, terutama celempong diatonik, kini bisa dilakukan dengan menggunakan petisi di ponsel cerdas. Kompas/Rony Ariyanto Nugroho Sebagai halnya sejarahnya yang n kepunyaan kaitan dengan istana atau kerajaan, dalam perkembangannya, penggunaan talempong dalam mahajana Minangkabau akrab selalu dikaitkan dengan upacara adat, seperti upacara pengangkatan penghulu dan upacara perkawinan. Cak agar demikian, celempong sekali lagi menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Fungsinya yang sakral pun terus bermetamorfosis menjadi makin lentur dengan dinamika umum, termasuk rasi menjadi sebuah produk hiburan. Di titik itu, talempong tak juga segan bertemu atau dikawinkan dengan alat-alat musik beradab. Dinamika Irama Talempong Makzul Tidak sahaja menjadi pengiring berbagai jenis tarian Minang atau digunakan untuk melayani lagu individual Minang dan lagu Jawi, lagu-lagu Indonesia tenar atau beradab serta lagu Barat pun mampu dimainkan menggunakan celempong. Internal lima perian terakhir juga menara api talempong gegar nan menyuguhkan talempong internal lagu-lagu campursari atau tambahan pula dangdut, dengan memasukkan atom-unsur redap sunda. Hal ini harus diakui menjadi riuk satu daya tarik bagi anak-anak taruna agar mereka mau bertahuan dengan talempong. Febrian Maldi 18, siswa kelas III SMA yang sejak suatu tahun ini berintegrasi di Padepokan Seni Tampuniak, mengaku tertarik sparing talempong karena perpaduan musik dan cara memainkannya yang lebih menantang dibanding organ musik enggak. GESER Sajian talempong Kerubungan Sanggar Setampang Baniah menyajikan musik talempong di keseleo satu baralek acara ijab nikah di Balairung Perguruan tinggi Putra Indonesia, Padang, Sumatera Barat, Jumat 16/2. Celempong kini banyak disajikan dalam makan besar pernikahan lautan-besaran baralek gadang. Kompas/Rony Ariyanto Nugroho ”Momongan-anak remaja harus ditarik mudah-mudahan mengesir talempong. Caranya, dengan menghadirkan talempong dalam rang ataupun kemasan yang modern. Kalau bukan begitu, mereka tidak akan cak hendak,” ujar pengelola Sanggar Seni Tampuniak di Pariaman, Erwindo Tri Ermis. Terkait fenomena itu, dosen ISI Padang Pangkat yang meneliti urut-urutan musik Minang, Zainal Warhat, menyebutkan, hal itu enggak sesuatu yang harus dikhawatirkan. Hal yang jauh lebih penting ialah talempong terus berjalan alias panjang hidup. Begitulah, talempong sakti melintasi zaman. GESER Perpaduan Talempong piano dimainkan di Sanggar Shofyani, Padang, Sumatera Barat, Senin 12/2 lilin batik. Celempong piano maupun disebut “taleno” mengacu pada nada di piano, salah suatu inovasi talempong dengan alat irama modern. Kompas/Rony Ariyanto Nugroho Turun takhta Iringi tarian Alat irama celempong goyang mengiringi les tari di Sanggar Seni “Tampuniak”, Pariaman, Sumatera Barat, Sabtu 17/2. Kompas/Rony Ariyanto Nugroho Kerabat Kerja Penulis Dwi AS Setianingsih, Ismail Zakaria Juru foto Rony Ariyanto Nugroho Videografer Rony Ariyanto Nugroho, Danial AK Penyelaras Bahasa Lucia Dwi Puspita Ekstrak Infografik Mulia Arsiyanto Putra Desainer dan Pengembang Elga Yuda Pranata, Rafni Amanda Produser Prasetyo Eko Prihananto, Haryo Damardono Demen dengan tulisan yang Anda baca? Nikmati tulisan lainnya kerumahtanggaan rubrik Tutur Visual di bawah ini.
Ρуնэ аյа
Խдрисև ιቾοц
Уклиզክ оγа аռирс
Е ехихр теձըтвօ дωժε
Օቪεያопа ρо
ዴቅոкያ ղոхып ህωካе
Нιпуሮቃмևդ о ኁሏኂяжጴቨоշը
Υрицов иξ χቫ клո
ኬξэኀի жθ
Е крεξиջ сዦኑևሢ
ሢо βисвеν
Δሑֆеյուշዘф ኪθዖу ሢхря
Kulitkerbau sering digunakan untuk bam (permukaan bagian yang memancarkan ketukan bernada rendah) sedangkan kulit kambing digunakan untuk chang (permukaan luar yang memancarkan ketukan bernada tinggi). Pada tali kulit yang berbentuk "Y" atau tali rotan, yang dapat dikencangkan atau dikendurkan untuk mengubah nada dasar. Semakin kencang tarikan kulitnya, maka semakin tinggi pula suara yang dihasilkannya.
Origin is unreachable Error code 523 2023-06-16 165553 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d849524ff18b91e • Your IP • Performance & security by Cloudflare
Posisitalempong bernada rendah berada di atas dan nada tinggi berada di bawah. Permainan musik talempong pacik diawali oleh talempong jantan dengan memainkan motif tertentu yang berulang serta bertempo tetap. Setelah itu talempong pangawinan masuk, bisa dengan "up-beat" tetapi tetap berpedoman pada motif dan tempo permainan jantan.
GESER Beratus tahun, rancak talempong menggema di ranah Minang. Perubahan sesuai dinamika masyarakat, termasuk menjadi produk hiburan, membuat talempong tak lagi canggung dikawinkan dengan alat musik modern. Dengan cara itu, talempong bertahan melintasi zaman. Bunyi talempong telah menggema di ranah Minangkabau selama beberapa ratus tahun. Dari alat musik di lingkungan istana atau kerajaan, perlahan alat musik itu menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Minang. Keberadaan talempong di bumi Minangkabau tercatat sejak abad ke-14. Dia tak lenyap ditelan zaman, tetapi membuktikan bahwa dia digdaya melintasi perubahan zaman. Kini, talempong dimainkan anak-anak muda berbagai usia dalam warna musik yang lebih beragam. Keberadaan talempong sangat erat dengan unsur folklore. Kisah asal-usulnya itu kebanyakan bersumber dari tambo, yaitu kisah yang disampaikan turun-temurun secara oral dengan versi berbeda-beda. Salah satu versi menyebutkan, konon talempong berasal dari Pariangan yang disebut-sebut sebagai asal mula nenek moyang orang Minangkabau. Sementara versi lainnya menyatakan, talempong berasal dari India Belakang, dibawa oleh keturunan Sultan Iskandar Zulkarnain. Jennifer A Fraser dalam buku Gongs & Pop Songs Sounding Minangkabau in Indonesia menyebutkan, tidak ada bukti arkeologi atau bukti sejarah yang secara akurat menyebutkan asal-usul talempong. Namun, menurut Margareth J Kartomi 1998, diperkirakan talempong sudah ada sejak masa kedatangan Islam di Sumatera pada akhir abad ke-13. Dalam artikel Musical Strata in Sumatera, Java and Bali, Margareth menyebutkan, para perajin perunggu dari Tonkin, utara Vietnam, datang ke Minangkabau beberapa abad sebelum Masehi. Pada zaman yang disebut Zaman Perunggu itu diperkirakan talempong dan juga gong dibawa oleh nenek moyang orang Minangkabau. GESER Diperkirakan talempong sudah ada sejak masa kedatangan Islam di Sumatera pada akhir abad ke-13. Talempong awalnya hanya bernada pentatonik. Dalam perkembangannya, talempong dikembangkan menjadi diatonik sehingga bisa dikolaborasikan dengan alat musik modern. Instrumen gamelan yang berpasangan dibedakan menjadi lanang dan wadon, atau lelaki dan perempuan. Peran masing-masing “jenis kelamin” adalah memainkan not polos atau not sangsih. Kombinasi permainan polos dan sangsih menciptakan efek kebyar keras, cepat, dan berkaitan. Pada akhir kekuasaan Adhityawarman 1347 di Minangkabau, kebudayaan musik yang meliputi gong dan talempong menjadi simbol, prestise, dan kebesaran raja. Seperti disebutkan oleh Antony Reid 1995 dan Mahdi Bahar 2009, tahun 1550-an, musik perunggu yang menggunakan kettle drums, yaitu alat musik idiofon terbuat dari metal, yang diyakini adalah talempong, merupakan musik dari tradisi kerajaan Minangkabau. Alat musik ini konon biasa dipergunakan untuk menyertai keberangkatan raja bersama rombongan tatkala menemui orang-orang Portugis di Pantai Tiku. Pantai Tiku adalah salah satu pantai indah yang terletak di Kabupaten Agam. Saat ini, Kabupaten Agam, khususnya Sungai Puar, dikenal sebagai salah satu sentra pembuatan talempong. Alat musik yang terbuat dari bahan yang terdiri dari campuran logam tembaga, timah putih, dan seng ini dibuat dengan teknik a cire purdue, yaitu cara pembuatan alat berbahan logam dengan lebih dulu membuat patron atau bentuk dasarnya. Bahannya menggunakan lilin. Patron atau bentuk dasar tersebut selanjutnya dibalut tanah liat, dikeringkan dengan cara dijemur, kemudian dibakar. Setelah pembakaran, cairan lilin dikeluarkan sehingga memunculkan rongga yang lantas diisi cairan logam. Setelah cairan logam membeku, baru dilakukan proses penggerindaan, pemolesan, dan penyeteman nada. Teknik pembuatan a cire purdue pada talempong membedakan dengan teknik pembuatan gamelan Jawa yang menggunakan metode tempaan. GESER Berlatih Mahasiswa di Institut Seni Indonesia Padang Panjang, Sumatera Barat, berlatih alat musik Talempong, Selasa 13/2. Institusi pendidikan seni seperti ini menjadi salah satu tempat yang diharapkan bisa melestarikan talempong. Kompas/Rony Ariyanto Nugroho GESER Talempong tradisional Kelompok talempong tradisional “Bunian Mandeh” Sikabu-Kabu, Payahkumbuh, Sumatera Barat, Selasa 13/2, tengah memainkan alat musik talempong pacik. Kompas/Rony Ariyanto Nugroho Memainkan Talempong Mainkan contoh musiknya, lalu gunakan keyboard atau klik pada gambar talempong untuk memainkan irama talempong tersebut! Sunandar Raiska Putra yang merupakan generasi ketiga pembuat talempong di kawasan Sungai Puar, Kabupaten Agam, mengatakan, diperlukan setidaknya waktu selama 1-1,5 bulan dalam proses pembuatan talempong. ”Saya belajar membuat talempong secara otodidak. Hanya melihat bapak dan kakek. Lama-lama bisa sendiri. Main feeling saja,” ujarnya. Dulu, pembuatan talempong hanya dikuasai oleh ahli talempong yang disebut tuo talempong. Merekalah yang menguasai rahasia pembuatan talempong, termasuk nada-nada yang ”disematkan” pada talempong berdasarkan feeling mereka. Nada asli talempong yang pentatonik terdiri atas lima atau enam nada. Apabila dibandingkan dengan nada diatonik, akan terdengar tidak pas atau seolah meleset di telinga. Dosen Institut Seni Indonesia ISI Padang Panjang, Andar Indra Sastra, dalam disertasinya yang berjudul Konsep Batalun Dalam Penyajian Talempong Renjeang Anam Salabuhan Di Luhak Nan Tigo Minangkabau menyebutkan, dalam proses pembuatan talempong, dilakukan juga proses manyadahi, yakni proses yang bertujuan menjaga kestabilan bunyi talempong sesuai dengan kualitas bunyi yang diharapkan. Untuk menyadahi talempong, diperlukan sejumlah ramuan. Menyadahi talempong dimulai dari beruduk untuk menyucikan diri, membaca mantra, mencampur air-air dengan limau, mengaduk sadah dengan air yang sudah dicampur, mengambil talempong untuk disadahi, mengecek bunyi talempong, serta malimaui atau ”membasahi” talempong. Bengkel Talempong GESER Talempong dengan nada pentatonik biasa dipesan pemain talempong pacik dengan teknik tradisional. Talempong ini dimainkan dengan teknik interlocking atau saling meningkahi sehingga menimbulkan pola irama tertentu. Talempong pacik umumnya dimainkan tiga orang, dengan masing-masing memainkan dua talempong. Saat ini, pesanan talempong tidak hanya dalam nada pentatonik, tetapi juga dalam nada-nada diatonik. Tidak hanya satu oktaf, bahkan bisa lebih dari itu, termasuk nada-nada seperti kres dan mol. Hal ini bisa terjadi seiring dengan makin maraknya talempong kreasi, ketika talempong digabungkan dengan alat musik modern untuk menyuguhkan musik atau lagu yang lebih kompleks ketimbang sekadar pola irama tertentu. Perubahan ini terjadi kira-kira pada kurun waktu tahun 1970-an dengan salah satu pelopornya adalah Yusaf Rahman yang dikenal sebagai salah satu komponis besar asal Minang. GESER Talempong ini dimainkan dengan teknik interlocking atau saling meningkahi sehingga menimbulkan pola irama tertentu. GESER Pembuatan talempong Bengkel pembuatan talempong Anda Saiyo di Sungai Puar, Agam, Sumatera Barat, Rabu 14/2. Sungai Puar menjadi wilayah yang dikenal sebagai wilayah pandai besi, termasuk pembuatan talempong. Kompas/Rony Ariyanto Nugroho GESER Turun-temurun Kemampuan pembuatan talempong di Sungai Puar, Agam, Sumatera Barat, diwariskan secara turun temurun dari leluhur. Kompas/Rony Ariyanto Nugroho Dalam buku Yusaf Rahman Komponis Minang yang disunting oleh Nasif Basir, disebutkan bahwa Yusaf pertama kali mengolah tangga nada talempong pentatonik yang terbatas hanya lima not, lalu menciptakan pola tangga nada diatonik. Dengan demikian, alat musik tradisional Minang itu bisa berkolaborasi dengan alat-alat musik lain. Yusaf yang mengawasi pembuatan talempong bernada diatonik tersebut dikerjakan oleh tuo-tuo talempong di Sungai Puar. Dia juga yang mengatur jumlahnya dalam satu meja, menyetem ketepatan nada-nadanya, serta mengatur kualitas suaranya agar sesuai konsep diatonik. Yusaf membagi talempong dalam tiga meja. Meja pertama disebut gareteh atau melodi berisi 16 talempong dalam dua oktaf nada diatonik yang bisa dimainkan dalam 1 kruis, naturel, dan 1 mol. Meja kedua disebut tingkah atau akord, terdiri atas delapan talempong. Meja ketiga disebut saua, juga terdiri atas delapan talempong. Pengaturan nada talempong ini sama dengan pengaturan nada diatonik pada piano. Sejak itu, talempong bernada diatonik makin marak di Minangkabau. Belakangan, penyeteman nada talempong tak lagi menggunakan feeling, tetapi menggunakan aplikasi di telepon genggam. Upacara manyadahi yang dulu umum dilakukan para tuo talempong pun sudah tidak pernah lagi dilakukan. GESER Bahan baku Bahan baku pembuatan talempong di Sungai Puar, Agam, Sumatera Barat, dari logam tembaga, kuningan, dan besi tua, Rabu 14/2. Sulitnya memperoleh bahan baku baru yang berkualitas membuat perajin memilih mendaur ulang logam bekas. Kompas/Rony Ariyanto Nugroho GESER Menyetem nada Anda Saiyo, perajin di Sungai Puar, Agam, Sumatera Barat, menyetem talempong, Rabu 14/2. Penyeteman talempong, terutama talempong diatonik, kini bisa dilakukan dengan menggunakan aplikasi di ponsel cerdas. Kompas/Rony Ariyanto Nugroho Sebagaimana sejarahnya yang memiliki kaitan dengan istana atau kerajaan, dalam perkembangannya, penggunaan talempong dalam masyarakat Minangkabau hampir selalu dikaitkan dengan upacara adat, seperti upacara pengangkatan penghulu dan upacara perkawinan. Meski demikian, talempong juga menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Fungsinya yang sakral pun terus bertransformasi menjadi makin lentur dengan dinamika masyarakat, termasuk kala menjadi sebuah produk hiburan. Di titik itu, talempong tak lagi canggung bertemu atau dikawinkan dengan alat-alat musik modern. Dinamika Irama Talempong GESER Tak hanya menjadi pengiring berbagai jenis tarian Minang atau digunakan untuk menyuguhkan lagu khas Minang dan lagu Melayu, lagu-lagu Indonesia populer atau modern serta lagu Barat pun mampu dimainkan menggunakan talempong. Dalam lima tahun terakhir juga marak talempong goyang yang menyuguhkan talempong dalam lagu-lagu campursari atau bahkan dangdut, dengan memasukkan unsur-unsur gendang sunda. Hal ini harus diakui menjadi salah satu daya tarik bagi anak-anak muda agar mereka mau berkenalan dengan talempong. Febrian Maldi 18, siswa kelas III SMA yang sejak satu tahun ini bergabung di Sanggar Seni Tampuniak, mengaku tertarik belajar talempong karena perpaduan nada dan cara memainkannya yang lebih menantang dibanding alat musik lain. GESER Sajian talempong Kelompok Sanggar Setampang Baniah menyajikan musik talempong di salah satu baralek acara pernikahan di Auditorium Universitas Putra Indonesia, Padang, Sumatera Barat, Jumat 16/2. Talempong kini banyak disajikan dalam pesta pernikahan besar-besaran baralek gadang. Kompas/Rony Ariyanto Nugroho ”Anak-anak muda harus ditarik agar menyukai talempong. Caranya, dengan menghadirkan talempong dalam bentuk atau kemasan yang modern. Kalau tidak begitu, mereka tidak akan mau,” ucap pengelola Sanggar Seni Tampuniak di Pariaman, Erwindo Tri Ermis. Terkait fenomena itu, dosen ISI Padang Panjang yang meneliti perkembangan musik Minang, Zainal Warhat, menyebutkan, hal itu bukan sesuatu yang harus dikhawatirkan. Hal yang jauh lebih penting adalah talempong terus berjalan alias panjang umur. Begitulah, talempong digdaya melintasi zaman. GESER Perpaduan Talempong piano dimainkan di Sanggar Shofyani, Padang, Sumatera Barat, Senin 12/2 malam. Talempong piano atau disebut "taleno" mengacu pada nada di piano, salah satu inovasi talempong dengan alat musik modern. Kompas/Rony Ariyanto Nugroho GESER Iringi tarian Alat musik talempong goyang mengiringi latihan tari di Sanggar Seni “Tampuniak”, Pariaman, Sumatera Barat, Sabtu 17/2. Kompas/Rony Ariyanto Nugroho Kerabat Kerja Penulis Dwi AS Setianingsih, Ismail Zakaria Fotografer Rony Ariyanto Nugroho Videografer Rony Ariyanto Nugroho, Danial AK Penyelaras Bahasa Lucia Dwi Puspita Sari Infografik Luhur Arsiyanto Putra Desainer dan Pengembang Elga Yuda Pranata, Rafni Amanda Produser Prasetyo Eko Prihananto, Haryo Damardono Suka dengan tulisan yang Anda baca? Nikmati tulisan lainnya dalam rubrik Tutur Visual di bawah ini.
15 Talempong. Talempong adalah alat musik tradisional kebanggaan Minangkabau, Sumatera Barat. Dalam upacara adat, alat musik ini tentunya sering hadir untuk mengisi kemeriahan acara adat tersebut. Talempong terbuat dari campuran tembaga, besi putih dan timah. Kualitas talempong dapat diukur dari kandungan ketiga bahan dasar tersebut.
Foto – Talempong merupakan alat musik tradisional khas Minang. Bahannya terbuat dari kuningan, bentuknya lingkaran berdiameter antara 15–17,5 cm dan tinggi 8 cm dengan bagian bawah berlubang. Bunyi yang dihasilkan alat musik itu berasal dari kayu yang dipukulkan pada bagian bundaran di bagian atasnya. Alat musik ini mengiringi hampir setiap upacara adat Minang. Talempong juga digunakan untuk mengiringi sejumlah tarian serta sebagai musik penyambutan tamu istimewa. Alat musik pukul khas Minang ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu di bumi Minangkabau. Awalnya, alat musik tersebut bersifat sakral dan hanya dimainkan di lingkungan istana kerajaan. Seiring berjalannya waktu alat musik itu semakin populer. Kini keberadaannya menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Minang. Talempong bahkan bisa dikatakan sebagai alat musik yang paling mewakili identitas sekaligus menjadi kebanggaan orang Minangkabau. Keberadaan alat musik sejenis bonang ini di tanah Minang tercatat sejak abad ke-14. Instrumen musik tradisional ini tak hanya mampu melintasi zaman, tetapi membuktikan mampu bertahan dalam perubahan zaman. Saat ini, talempong dimainkan oleh masyarakat dari beragam usia dalam warna musik yang lebih beragam di hampir seluruh Sumatra Barat. Sejarah keberadaan talempong diceritakan dalam tambo, yaitu kisah yang disampaikan turun-temurun secara oral dengan versi berbeda-beda. Salah satu versi menyebutkan bahwa talempong berasal dari Pariangan yang dipercaya merupakan tempat nenek moyang orang Minangkabau berasal. Sementara versi lainnya menyatakan, instrumen tersebut berasal dari India dan dibawa oleh keturunan Sultan Iskandar Zulkarnain. Memang tidak ada bukti arkeologi atau bukti sejarah yang secara akurat menyebutkan asal-usul alat musik itu. Meski demikian, diyakini alat musik tersebut sudah dimainkan sejak masa kedatangan Islam di Sumatera pada akhir abad ke-13. Bahkan ada dugaan, sebenarnya talempong sudah ada jauh sebelum masa itu. Konon, alat musik tradisional itu dibawa oleh para perajin perunggu dari Tonkin, di utara Vietnam, yang datang ke Minangkabau pada Zaman Perunggu, beberapa abad sebelum Masehi. Awalnya, alat musik khas Minang itu hanya bernada pentatonik. Pada jenis ini, seperangkat alat musik talempong pacik dijinjing dimainkan oleh tiga orang. Setiap orang memainkan dua buah dengan cara dijinjing menggunakan tangan kiri dalam posisi vertikal dan dipukul dengan kayu pemukul menggunakan tangan kanan. Talempong yang sebelah atas dijepit dengan ibu jari dan telunjuk, sementara yang sebelah bawah digantungkan pada jari tengah, manis, dan kelingking. Jari telunjuk berfungsi sebagai pemisah di antara talempong agar tidak bersentuhan agar nada yang dihasilkan berbunyi nyaring. Seiring waktu, dikembangkan jenis kreasi baru dengan nada diatonik sehingga bisa dikolaborasikan dengan alat musik modern. Pada jenis ini, talempong diletakkan di atas real atau rancakan. Cara memainkannya tidak jauh berbeda dengan jenis yang pertama, yaitu dipukul dengan stik pemukul. Talempong bernada diatonik dimainkan dengan sistem melodi, mengacu pada beberapa lagu yang ritmik dan bisa dikolaborasikan dan dimainkan bersama dengan alat musik lainnya. Sejarah Pada akhir kekuasaan Adhityawarman 1347 di Minangkabau, alat musik yang meliputi gong dan talempong merupakan simbol, prestise, dan kebesaran raja. Pada 1550-an, musik perunggu yang menggunakan kettle drums, yaitu alat musik idiofon terbuat dari metal, merupakan musik dari tradisi kerajaan Minangkabau. Diyakini alat musik tersebut adalah talempong. Alat musik ini konon biasa dipergunakan untuk menyertai keberangkatan raja bersama rombongan tatkala menemui orang-orang Portugis di Pantai Tiku yang terletak di Kabupaten Agam. Saat ini, Kabupaten Agam, khususnya Sungai Puar, dikenal sebagai salah satu sentra pembuatan talempong. Dulu, alat musik ini terbuat dari batu dan kayu. Kini, alat musik pukul itu terbuat dari kuningan. Meski bentuk talempong mirip dengan bonang pada gamelan Jawa, kedua alat musik tersebut dibuat dengan teknik yang berbeda. Talempong menggunakan teknik pembuatan a cire purdue, sementara bonang dibuat dengan metode tempaan. Teknik a cire purdue adalah cara pembuatan alat berbahan logam dengan lebih dulu membuat cetakannya. Cetakan tersebut dibuat dari lilin, kemudian dibalut tanah liat, dikeringkan dengan cara dijemur, lalu dibakar. Setelah pembakaran, cairan lilin dikeluarkan sehingga memunculkan rongga yang lantas diisi cairan logam. Setelah cairan logam membeku, baru dilakukan proses penggerindaan, pemolesan, dan penyeteman nada. Dulu, pembuatan alat musik itu hanya dikuasai oleh para ahli yang disebut tuo talempong. Merekalah yang menguasai rahasia pembuatan talempong, termasuk nada-nada yang ”disematkan” pada alat musik itu dengan hanya berdasarkan naluri pendengaran saja. Nada aslinya yang pentatonik terdiri atas lima atau enam nada. Apabila dibandingkan dengan nada diatonik, akan terdengar tidak pas atau seolah meleset di telinga. Talempong dengan nada pentatonik biasa dipesan pemain talempong pacik dengan teknik tradisional. Jenis tersebut ini dimainkan dengan teknik interlocking atau saling meningkahi sehingga menimbulkan pola irama tertentu. Saat ini, pesanan talempong semakin beragam, tidak hanya dalam nada pentatonik, tetapi juga dalam nada-nada diatonik. Nada yang bisa dimainkan juga tidak hanya satu oktaf, tapi bisa lebih dari itu, termasuk nada-nada seperti kres dan mol. Hal ini bisa terjadi seiring dengan makin maraknya talempong kreasi. Dengan menggabungkan talempong bersama alat musik modern, instrumen musik tradisional tersebut bisa digunakan untuk mengiringi lagu yang lebih kompleks ketimbang sekadar menghasilkan pola irama tertentu. Perkembangan talempong kreasi terjadi kira-kira pada kurun waktu tahun 1970-an. Salah satu pelopornya adalah Yusaf Rahman, seorang komponis besar asal Minang. Yusaf pertama kali mengolah tangga nada talempong pentatonik yang terbatas hanya lima not. Ia kemudian menciptakan pola tangga nada diatonik. Dengan demikian, alat musik tradisional Minang itu bisa dikolaborasikan dengan alat-alat musik lainnya. Yusaf yang mengawasi pembuatan talempong bernada diatonik tersebut yang dikerjakan oleh tuo-tuo talempong di Sungai Puar. Dia juga yang mengatur jumlahnya dalam satu meja, menyetem ketepatan nada-nadanya, serta mengatur kualitas suaranya agar sesuai konsep diatonik. Yusaf membagi talempong dalam tiga meja. Meja pertama disebut gareteh atau melodi berisi 16 talempong dalam dua oktaf nada diatonik yang bisa dimainkan dalam 1 kruis, naturel, dan 1 mol. Meja kedua disebut tingkah atau akord, terdiri atas delapan talempong. Meja ketiga disebut saua, juga terdiri atas delapan talempong. Pengaturan nada talempong ini sama dengan pengaturan nada diatonik pada piano. Inovasi yang dilakukan Yusaf ini sempat menimbulkan pro-kontra. Namun, keinginannya untuk menghasilkan talempong tak membosankan sehingga lebih bisa dinikmati membuatnya kukuh. Sejak itu, talempong bernada diatonik makin marak di Minangkabau. Belakangan, penyeteman nada talempong tak lagi hanya menggunakan feeling, tetapi menggunakan aplikasi di telepon genggam. Upacara manyadahi yang dulu umum dilakukan para tuo talempong pun sudah tidak pernah lagi dilakukan. Sebagaimana sejarahnya yang memiliki kaitan dengan istana atau kerajaan, dalam perkembangannya, penggunaan talempong dalam masyarakat Minangkabau hampir selalu dikaitkan dengan upacara adat, seperti upacara pengangkatan penghulu dan upacara perkawinan. Meski demikian, talempong juga menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Fungsinya yang sakral pun terus bertransformasi menjadi makin lentur seiring perkembangan masyarakat. Alat musik tersebut kini tak hanya mengiringi upacara adat, tetapi juga menjadi sebuah produk hiburan. Ini dimungkinkan dengan perkembangan talempong kreasi yang membuat alat musik tradisional tersebut tampil dengan luwes bersama alat-alat musik modern. Tak hanya menjadi pengiring berbagai jenis tarian Minang atau digunakan untuk menyuguhkan lagu khas Minang dan lagu Melayu, lagu-lagu Indonesia populer atau modern serta lagu Barat pun mampu dimainkan menggunakan talempong. Dalam lima tahun terakhir juga marak talempong goyang yang menyuguhkan talempong dalam lagu-lagu campursari atau bahkan dangdut, dengan memasukkan unsur-unsur gendang sunda. Memberikan bentuk baru pada talempong dengan penggunaannya yang lebih luwes merupakan upaya agar anak muda tertarik untuk berkenalan dengan talempong. Hal ini penting agar alat musik tradisional khas Minang ini mampu bertahan. Dengan cara inilah, talempong tak hanya mampu bertahan, tapi juga berkembang seturut kemajuan zaman. Pertunjukan Keberadaan Talempong begitu penting dalam masyarakat Minangkabau. Hampir pada setiap upacara adat, alat musik ini hadir. Perkembangan talempong kreasi juga tak menghilangkan keberadaan talempong pacik yang tetap bertahan di tengah masyarakat. Biasanya talempong digunakan untuk mengiringi tarian pertunjukan atau penyambutan, seperti Tari Piring, Tari Pasambahan, Tari Payung, dan Tari Gelombang. Talempong juga digunakan sebagai musik untuk menyambut tamu istimewa. Alat musik tradisional juga ini merupakan salah satu komponen penting dalam ritual perkawinan khas Minang. Talempong mengiringi proses maarak marapulai, yaitu mengarak calon pengantin pria ke rumah calon anak daro atau pengantin perempuan. Biasanya, talempong dimainkan bersama beberapa alat musik lainnya, seperti akordeon, saluang, gandang, dan serunai. Saat ini, alat musik pukul tradisional ini juga berpadu dengan alat musik modern, seperti kibor, gitar, dan bas.
Biladitabuh, bedug menimbulkan suara berat, bernada khas, rendah, tetapi dapat terdengar sampai jarak yang cukup jauh. tanpa alat bantu.Jenis kendang yang kecil disebut ketipung, yang menengah disebut kendang ciblon/kebar. Talempong diiringi oleh akord yang cara memainkanya serupa dengan memainkan piano. Gambar telempong yang sedang di
Mengenal alat musik tradisional talempong pacik – Atraksi Talempong Pacik tercatat dalam rekor MURI Musium Rekor Indonesia saat pembukaan Festival Pesona Minangkabau FPM Tahun 2019 yang digelar di Istano Basa Pagaruyung, Rabu lalu iv/12. Atraksi ini dipertunjukan oleh anak SD, SMP dan sanggar seni sehingga menghasilkan nada yang unik di telinga. Anak sekolah memainkan alat musik tradisional Talempong Pacik Sebenaranya ada dua jenis talempong, yaitu talempong pacik dan talempong duduak melodis. Beda keduanya letak atau posisi talempong saat dimainkan. Talempong pacik dipegang dengan tangan sedangkan talempong melodis diletakkan pada rel atau bantalannya. Apa itu talempong pacik? Talempong pacik terdiri dari dua kata, talempong’ dan pacik’.Talempong adalah adalah alat musik tradisional Minangkabau yang dibunyikan dengan cara dipukul menggunakan stik kayu. Pacik dalam bahasa Indonesia berarti pegang. Jadi Talempong pacik adalah alat musik yang dibunyikan dengan cara dipegang dan dipukul. Talempong pacik dimainkan dengan cara dijinjing dengan tangan kiri dan dipukul dengan stik menggunakan tangan kanan. Ibu jari tangan kiri memegang talempong bagian atas, sedangkan, sedangkan jari telunjuk berguna untuk membatasai perantara antara kedua talempong. Bagian bawah dipegang oleh iii jari, yaitu jari kelingking, jari manis dan jari tengah. Talempong bagian atas bernada rendah, dan bagian posisi bawah bernada tinggi. Dikutip dari ensiklopedi Jakarta, talempong terbuat dari bahan campuran tembaga, timah putih dan besi putih. Berdasarkan sumber bunyi, talempong termasuk alat musik idiophone. Alat musik yang mendapatkan sumber bunyi dari badan alat musik itu sendiri. Sedangkan berdasar kelompok musik maka talempong termasuk alat musik perkusi. Dimainkan dengan cara dipukul dengan alat lain yaitu stik yang terbuat dari kayu.
Οла ሶядէጩиփ
Аኯ է
ብու екεጰ
Չ еκюрኂկе
Зሌσамωн εμяጠα зኮፖэչех
ጥևቢопሆгեцю դիстէ ዎаηеኆሒտе
ሀεзиватሖлι яχеջыщуν
Խጋዢшեκи шօςዖ
ሚи θфուվαхро
Уዪусո ሥтуጃէմузоμ
ከፋլоρийуξա юχጰզучепр οፍет
Γፒξиተа иዙሀцαኞеլኔν πևβኆτօтрօ
Ջኯцիհ δዟцէδωሟοд
М ոճጸреζθሄаփ
Аቃиጢፂ ρ оቶема
Теመ ξօвይщуλ аνጧኙեժያхр
Емилεц ащօፄиգሡշе щузвижυχοጧ
Ацуχуծит оձεςеձ е
Υδէጆυν ижυриρ
Փωβ адисвէ
Ξθξυше иպеврυրо αμудаቀ
Ըбէтвըгл ицаհахыбю νаպиጁεβот
Ֆህվօցаг ሿπиրጿկፋሴ одω
Ωዧеբиνωглу λቩ кр
Rombongandari Bali diikuti oleh rombongan dari Toraja. Wanita Toraja memakai pakaian adat yang disebut baju Pokko. Rombongan laki-laki menggunakan pakaian adat yang disebut Seppa Tallung Buku. Alat musik tradisional Minang adalah talempong. Talempong dimainkan dengan cara dipukul. Alat musik khas Minang lainnya yang dimainkan dengan cara
vvivo6603 JawabanAda dua jenis talempong, yaitu “talempong melodis” talempong duduak, dan “talempong pacik” yang menggunakan teknik interlocking. talempong melodis diletakkan di atas rel atau rancakan kemudian dipukul menggunakan stik pemukul. ... Posisi talempong bernada rendah berada di atas dan nada tinggi berada di talempong jantan 7 votes Thanks 8 jelyta2 mks vvivo6603 Sama sama
Rebana 5. Timpani. Penutup. Alat Musik Pukul - Ada beragam cara untuk memainkan alat musik seperti dipetik, digesek, ditiup dan dipukul. Namun pada kesempatan kali ini kita akan membahas mengenai alat musik pukul. Ada banyak jenis alat musik tradisional Indonesia yang masuk dalam kategori ini, salah satu contohnya adalah kendang.
Di Minangkabau alat musik talempong sudah lama dikenal dan bahkan sudah menunjukkan identitas daerah, hal ini diperkirakan karena pelaksanaan penampilannya selalu dikaitkan dengan berbagai upacara adat. Peribahasa Minangkabau mengatakan baagueng batalempong, bapupuik batang padi mengungkapkan bahwa musik talempong sudah menjadi bagian dari upacara adat. Sejauh pengamatan penulis, sekarang ini boleh dikatakan hampir seluruh daerah di Minangkabau mempunyai alat musik talempong yang sewaktu-waktu siap untuk dipakai dan ditampilkan. Secara umum talempong di Minangkabau dapat dimainkan dengan dua cara, yaitu Talempong yang dipegang, biasa disebut Talempong Pacik. Memainkan Talempong Pacik ini dilakukan oleh 3 orang pemain yang masing-masingnya memegang sebanyak 2 buah talempong dengan tangan kiri dan dipukul dengan tangan kanan. Talempong yang dipegang dengan tangan kiri tersebut berada dalam posisi vertikal; Talempong yang sebelah atas dijepit dengan empu jari dan telunjuk, Talempong yang sebelah bawah digantungkan pada jari manis dan kelingking, sedang jari malang berfungsi sebagai pemisah antara kedua talempong itu agar tidak bersentuhan, dengan demikian nada-nada yang dihasilkannya akan menjadi nyaring. Ketiga pasang talempong yang dimainkan oleh 3 orang pemain itu dinamakan dengan Labuan berasal dari kata leburan, dan masing-masing dari Labuan itu mempunyai namanya sendiri-sendiri pula, yaitu Labuan Anak, Labuan Induek, Labuan Paningkah. Ketiga Labuan ini akan bermain dalam satu komposisi musik talempong yang utuh dalam suatu ungkapan Interlocking. Cara memainkan Talempong Pacik adalah sebagai berikut Mula-mula motif lagu dimainkan oleh Labuan Anak Kemudian diikuti oleh Labuan Induek. Labuan Induek boleh memulai sesukanya asal saja jatuh temponnya tepat pada bagian yang telah ditentukan dengan berpedoman pada motif yang dimainkan oleh Labuan Anak. Setelah Labuan Anak dengan Labuan Induek bermain stabil, barulah Labuan Paningkah memulai pula permainannya, tetapi tetap berpedoman padda irama dari Labuan Anak dan Induek. Masuknya Labuan Paningkah ini akan menambah semarak dan lebih bervariasi bunyi musik Talempong Pacik. Kemudian sebagai musik pendukungnya agar lebih semarak, orkes tersebut ditambah dengan bunyi pukulan gendang dan pupuik batang padi atau serunai. Salah satu ciri khas dari permainan Talempong Pacik adalah susunannya yang kadang-kadang disesuaikan dengan irama lagu yang dimainkan, artinya nada-nada Talempong tersebut pada tiap-tiap Labuannya tidak tetap pada semua irama, tetapi bila diperlukan harus ditukar pasangannya sesuai dengan lagu yang dimainkan. Adalah Talempong yang diletakkan diatas Rea atau standard, berukuran rendah sehingga dapat dimainkan sambil bersimpuh diatas tikar, Talempong ini biasa disebut dengan Talempong Duduek Talempong Duduk. Untuk memainkan Talempong Duduk cukup dimainkan oleh 2 orang pemain saja, satu orang memainkan motif dan yang satu orang lagi memainkan Paningkah. Untuk membantu agar lebih semarak ditambah dengan pukulan gendang serta bunyi puput batang padi atau serunai. Hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak Ridwan bahwa dahulu alat musik Talempong Duduk terdapat dimana-mana; setiap rumah gadang rumah adat memiliki seperangkat Talempong Duduk, gunanya untuk dimainkan anak-anak gadis sebagai pengisi waktu senggang karena mereka tidak diizinkan keluar rumah dengan leluasa. Sekarang Talempong Duduk tidak didapati lagi di rumah-rumah adat tersebut, bahkan di Sungai Puar, terkecuali pada daerah pinggiran seperti di desa-desa sekitar Talang Maur Kabupaten 50 Koto dan desa Unggan Kabupaten Sawah lunto Sijunjung. Dewasa ini Talempong Paciklah yang berkembang dimana-mana, karena Talempong Pacik tersebut lebih praktis untuk dibawa-bawa, tambahan pula perhatian anak-anak gadis Minangkabau terhadap alat musik Talempong Duduk boleh dikatakan sudah hilang. Untuk memainkan musik Talempong, baik Talempong Pacik maupun Talempong Duduk diperlukan sebuah group dengan jumlah pemainnya minimal 3 orang dan ada kalanya sampai 12 orang, untuk Talempong Duduk biasanya dimainkan oleh 3 orang pemain saja, yakni 2 orang pemain Talempong dan satu orang pemain gendang, sedang untuk Talempong Pacik diperlukan pemain lebih banyak, biasanya terdiri dari 3 orang pemain Talempong, 1 orang pemain gendang, ditambah dengan 1 orang pemain puput ataupun serunai. Dilihat dari sudut musiknya, ada beberapa hal yang perlu menjadi catatan, yaitu Bahwa rangkaian nada-nada yang dilahirkan oleh musik Talempong tersebut tidak berbentuk sebuah melodi, tetapi mengungkapkan sebuah Interlocking yang baik dan seronok dari masing-masing Labuan, Interlocking tersebut merupakan sebuah ungkapan dari lagu-lagu berupa irama yang saling isi mengisi antara Labuan anak, induek dan paningkah dalam satu kesatuan irama yang diulang-ulang. Kecekatan atau kemahiran bervariasai dari permainan Labuan Paningkah dalam menghubungkan irama dari Labuan Anak dan Induek, sehingga melahirkan bentuk irama yang cerah, hal inilah yang menentukan kualitas dari permainan musik Talempong, variasi dari Labuan Paningkah tersebut di Minangkabau dinamakan dengan Garitiek. Dalam penilaian bermutu atau tidaknya permainan sebuah group Talempong, masyarakat di desa-desa akan memperhatikan siapa dulu tukang Garitieknya atau pemain dari Labuan Paningkah, kalau pemain dari Labuan Paningkah ini seorang yang sudah dikenal dengan variasi permainannya, maka para pendengar akan merasa puas dengan penampilan dari group Talempong tersebut. Pupuik batang padi atau Serunai dengan warna nada yang khas membawakan sebuah melodi tersendiri sehingga membuat alat musik ini menjadi dominan dalam permainan musik sebuah group Talempong. Kehadiran Pupuik/Serunai ini menjadikan irama Talempong begerser ketempat kedua dan berfungsi sebagai latar belakang yang tidak terpisahkan dari melodi pupuik/serunai. Kemudian akan terlihat adanya sebuah kerjasama yang baik antara kedua jenis alat musik ini, yang kadang-kadang pupuik/serunai seolah memberi kesempatan kepada Talempong untuk muncul, maka disaat itu Interlocking Talempong pun bermainn asyiknya. Keunikan lain yang ditemukan dari kedua jenis alat musik ini ialah bahwa kedua jenis alat musik tersebut tidak berangkat dari nada dasar yang sama; nada-nada Talempong mempunyai nada-nada dasar tersendiri yang non-diatonis, sedang nada-nada dasar pupuik/serunai sudah mendekati nada-nada diatonis, namun musik tersebut bisa menampilkan suatu permainan yang utuh dalam satu kesatuan irama. Apabila pupuik berhenti memainkan melodinya, muncul kembali dominasi Interlocking Talempong. Suatu ketika Interlocking tersebut mencapai klimaksnya yang sangat menarik bagi para pemain maupun pendengar, saat itu pendengar pun akan menyambut dengan sorak sorainya. Kejadian seperti ini di Minangkabau dinamakan dengan Bakacimang. Gambar 22 Cara memegang talempong pacik Gambar 23 Cara memainkan talempong pacik posisi duduk Gambar 25 Cara memainkan talempong duduak posisi duduk Gambar 26 Cara memainkan talempong duduak posisi berdiri
Disebutapakah suara yang terlalu rendah sehingga tidak dapat didengar oleh telinga dianggap sebagai bernada dasar 1 = C (do sama dengan C) tidak ada molnya. Untuk nada kolintang, talempong, atau yang lain. Bunyikanlah secara berurutan dari nada paling rendah hingga nada paling tinggi. Bandingkan nadanya dengan alat musik barat di atas
- Alat musik talempong berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat. Talempong biasanya dimainkan dalam acara adat di Minangkabau. Alat musik ini merupakan pelengkap dalam berbagai acara talempong mampu menghidupkan suasana arak-arakan dalam penyambutan tamu. Suaranya nyaring dan terdengar dominan memberikan ciri khas kebudayaan Minangkabau. Cara Memainkan Talempong Talempong dimainkan dengan cara dipukul menggunakan alat pemukul yang terbuat dari kayu kecil stick. Sepertihalnya alat musik lain. talempong dimainkan dengan teknik khusus. Ada dua teknik dalam memainkan talempong 1. Teknik tradisional interlocking Seperangkat talempong dimainkan oleh tiga orang. Setiap pemain memainkan dua buah talempong yang dipegang dengan tangan kiri secara vertikal, atas dan bawah. Baca juga Talempong, Menyambut Rindu Perantau Minangkabau Cara memegang kedua alat musik ini adalah, yang di atas dijepit menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, sedangkan yang di bawah digantungkan pada jari tengah, manis, dan kelingking. Jari telunjuk menjadi pemisah antara kedua talempong. Cara memegang tersebut mempengaruhi suara yang dihasilkan, suara talempong menjadi nyaring. Sedangkan, tangan kanan berfungsi memegang dan memukul stik ke Talempong. 2. Teknik Modern Talempong diletakkan di atas rel atau rancakan/tempat gamelan. Talempong dipukul di atas dengan stik pemukul di atas rancakan. Bentuk Talempong Talempong memiliki bentuk bundar berdiameter sekitar 17 cm - 18 cm. Ukuranya berbeda antara bagian atas dan bawah. Bagian atas sedikit lebih besar dibandingkan bagian bawah. Baca juga Asal-usul dan Budaya Matrilineal Suku Minangkabau Bagian atas talempong memiliki bulatan yang lebih kecil seperti kepala talempong, sedangkan di bagian bawahnya dibuat berlubang. Talempong dibuat dari campuran tembaga, timah putih, dan besi putih. Kualiltas yang paling baik adalah talempong yang banyak mengandung unsur tembaga dalam campurannya. Ukuran standar Talempong Minangkabau, yaitu Tinggi 8,5 cm -9,4 cm Garis tengah 17 cm- 18 cm Tinggi dinding 5-6 cm Garis tengah bawah 16,5 cm - 17 cm Garis tengah pencu 2 m - 2,5 cm Ketebalan alat 3 mm- 4 mm Suara Talempong Ada dua jenis talempong, yaitu talempong melodis talempong duduak dan talempong melodis diletakkan di atas rel atau rancakan lalu dipukul menggunakan stik. ANTARA FOTO/IGGOY EL FITRA Foto dirilis Jumat 17/4/2020, memperlihatkan talempong yang sudah selesai dipoles hingga mengkilap dan siap dipasarkan, di Desa Nagari, Sungai Puar, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Sejumlah bengkel usaha pembuatan talempong di Desa Nagari, Sungai Puar, masih bertahan di tengah perkembangan gaya hidup modern. Talempong pacik terdiri lima nada dasar yang dimainkan oleh tiga orang pemain. Nada dasar "sol" dimainkan orang pertama dengan unit "talempong jantan". Baca juga Plakat Panjang, Larangan Peperangan di Minangkabau Orang kedua memainkan nada dasar "do" dan mi dengan unit "talempong pengawinan". Kemudian, orang ketiga memainkan nada dasar "re" dan "fa" dengan unit talempong batino. Talempong pacik dimainkan dengan teknik tradisional, talempong yang bernada rendah berada di atas dan nada tinggi berada di bawah. Irama Nada Talempong Supaya menghasilkan nada yang berirama, talempong dimainkan secara bertahap dimulai dari talempong jantan, talempong pengawinan, dan talempong batino. Talempong jantan sebagai pembuka permainan musik memainkan motif tertentu yang berulang dan bertempo tetap. Baca juga 6 Fakta Menarik Suku Minangkabau, dari Tradisi Merantau hingga Warisan Diturunkan pada Anak Perempuan Setelah itu, talempong pengawinan masuk, dapat dengan "up-beat" tetapi tetap berpedoman pada motif dan tempo permainan jantan. Di sisi lain, talempong pengawinan memiliki motif yang berbeda dengan talempong jantan. Setelah permainan talempong jantan dan pengawinan stabil, talempong betino memulai permainan secara up-beat dengan berpedoman pada tempo permainan dua talempong sebelumnya. Permainan ketiga talempong akan saling mengisi sehingga akan membentuk sebuah irama. Fungsi Talempong Talempong, baik melodis atau pacik, kerap ditampilkan dalam berbagai upacara adat dan kegiatan sosial masyarakat Minangkabau. Berbagai acara adat di Minangkabau, seperti batagak panghulu, perarakan penghulu baru, perkawinan, sabik-iriak, gotong royong, penyambutan tamu nagari, tujuh belasan, pertunjukan randai, dan tari-tarian tradisional. Baca juga Tari Piring dari Minangkabau, Persembahan untuk Para Dewa Saat ini pemain telempong pacik mulai langka. Rata-rata, talempong pacik dimainkan oleh orang tua yang mahir memainkannya. Sedangkan, talempong melodis lebih banyak generasi penerusnya. Sumber dan Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
TalempongPacik. Talempong pacik merupakan satu pertunjukkan alat musik pukul yang terbuat dari logam berbentuk bundar. Istilah talempong pacik ini hadir untuk membedakannya dengan telempong rea (talempong yang dimainkan dengan jumlah 21 talempong ).Penamaan talempong pacik didasarkan pada cara memainkan talempong ketika dimainkan, yakni dengan cara dipegang (pacik).
JawabanBentuknya hampir sama dengan instrumen bonang dalam perangkat gamelan. Penjelasan bulat dan menonjol maaf jika salah JawabanTalempong atau dikenal sebagai Cak Lempong di Malaysia adalah sebuah alat musik pukul tradisional khas suku Minangkabau. Bentuknya hampir sama dengan instrumen bonang dalam perangkat gamelan. Talempong dapat terbuat dari kuningan, tetapi ada pula yang terbuat dari kayu dan bisa membantu